Rabu, 22 April 2015

konsep dasar teori client centered theraphy

Konsep dasar teori client-centered theraphy
            Carl R. Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Pada hakikatnya, pendekatan client-centered adalah cabang khusus dari terapi humanistik yang menggaris bawahi tindakan mengalami klien berikut dunia subjektif dan fenomenanya. Terapis berfungsi terutama sebagai penunjang pertumbuhan pribadi kliennya dengan jalan membantu kliennya itu dalam menemukan kesanggupan-kesanggupan untuk memecahkan masalah-masalah. Pendekatan client centered menaruh kepercayaan yang besar terhadap kesanggupan klien untuk mengikuti jalan terapi dan menemukan arahnya sendiri.
            Rogers tidak mengemukakan teori client-centered sebagai suatu pendekatan terapi yang tetap dan tuntas. Ia mengharapkan orang lain akan memandang teorinya sebagai sekumpulan prinsip percobaan yang ebrkaitan dengan perkembangan proses terapi, dan bukan sebagai suatu dogma.
            Pendekatan client-centered difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh, pendekatan client-centered menekankan dunia fenomenal klien, dengan empat yang cermat dan dengan usaha untuk memahami klien.
Rogers mengajukan hipotesis bahwa ada sikap-sikap tertentu pada pihak terapis (ketulusan, kehangatan, dan penerimaan yang nonposesif, dan empati yang akurat) yang membentuk kondisi-kondisi yang diperlukan dan memadai bagi keefektifan terapeutik pada klien.
Tujuan dan peran terapis
Tujuan terapi adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha membantu klien untuk menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh.
Terapis client-centered membangun hubungan yang membantu dimana klien akan mengalami kebebasan yang diperlukan untuk mengeksplorasi area-area hidupnya yang sekarang diingkari atau didistorsinya.


Daftar pustaka

Corey. G. (1999). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung : penerbit PT Refika aditama 

konsep dasar teori eksistensial humanistik

Konsep dasar teori eksistensial humanistik
Psikologi telah lama didominasi oleh pendekatan empiris terhadap studi tentang tingkah laku individu. Banyak ahli psikologi Amerika yang menunjukan kepercayaan pada definisi-definisi operasional dan hipotesis-hipotesis yang bisa diuji serta memandang usaha memperoleh data empiris sebagai satu-satunya pendekatan yang sahih guna memperoleh informasi tentang tingkah laku manusia.
            Pendekatan terapi eksistensial juga bukan suatu pendekatan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.
            Tugas utama terapi adalah berusaha memahami klien sebagai ada dalam dunia. Teknik yang digunakan mengikuti alih-alih mendahului pemahaman. Karena menekankan pada pengalaman klien sekarang.
Tujuan terapi dan peran terapis
Tujuan terapi adalah agar klien memahami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri san bertindak berdasarkan kemampuannya.
Peran terapis
Para terapis eksistensial menunjukan keleluasaan dalam menggunakan metode-metode dan prosedur yang digunakan oleh mereka bisa bervariasi tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yang lainnya, tetapi juga dari satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama.
Teknik-teknik terapi

Tidak seperti kebanyakan pendekatan terapi, pendekatan eksistensial-humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur terapeutik bisa dipungut dari beberapa pendekatan terapi lainnya.
Daftar pustaka
Corey. G. (1999). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung : penerbit PT Refika aditama 

konsep dasar teori psikoanalisis

Konsep dasar teori psikoanalisis
1.      Kesadaran
Bagi freud, kesadaran mungkin merupakan bagian terkecil dari keseluruhan jiwa, seperti gunung es yang mengapung yang bagian terbesarnya berada dibawah permukaan air, bagian jiwa yang besar berada dibawah permukaan kesadaran. Freud juga percaya bahwa sebagian besar fungsi psikologis terletak diluar kawasan kesadaran. Oleh karena itu, sasaran terapi psikoanalitik adalah membuat motif tak sadar menjadi disadari, sebab hanya ketika menyadari motif-motif nyalah individu bisa melaksanakan pilihan.
2.      Struktur kepribadian
Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem id, ego, superego. Ketiganya adalah nama bagi proses-proses psikologis dan jangan dipikirkan sebagai agen-agen yang secara terpisah mengoperasikan kepribadian, merupakan fungsi-fungsi kepribadian sebagai keseluruhan ketimbang sebagai tiga bagian yang terasintg satu sama lain. Id adalah komponen biologis, ego adalah komponen psikologis dan superego adalah komponen sosial.
Id adalah sistem kepribadian yang orisinil, kepribadian setiap orang hanya terdiri dari id ketika dilahirkan. Id merupakan tempat bersemayam naluri-naluri. Id kurang terorganisasi, buta menuntut, dan mendesak. Dengan diatur oleh asas kesenangan yang diarahkan pada pengurangan tegangan, penghindaran kesakitan, dan perolehan kesenangan, id bersifat tidak logis, amoral, dan didorong oleh satu kepentingan memuaskan kebutuhan-kebutuhan naluriah sesuai asas kesenangan.
Ego memiliki kontak dengan dunia eksternal dari kenyataan. Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur. Ego mengendalikan kesadaran dan melaksanakan sensor. Dengan diatur oleh asas kenyataan, ego berlaku realistis dan berpikir logis serta merumuskan rencana-rencana tindakan bagi pemuasan kebutuhan-kebutuhan. Ego adalah tempat bersemayam intelegensi dan rasionalitas yang mengawasi dan mengendalikan impuls-impuls buta dari id. Sementara id hanya mengenal kenyataan subjektif, ego memperdayakan bayangan-bayangan mental dengan hal-hal yang terdapat di dunia eksternal.
Superego adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian. Superego adalah kode moral individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah. Superego merepresentasikan nilai-nilai tradisional dan ideal-ideal masyarakat yang diajarkan oleh orang tua kepada anak. Superego berfungsi menghambat impuls-impuls id, kemudian sebagai internalisasi standar-standar orang tua dan masyarakat, superego berkaitan dengan imbalan-imbalan dan hukuman-hukuman. Imbalan-imbalannya adalah perasaan-perasaan bangga dan mencintai diri, sedangkan hukuman-hukumannya adalah perasaan-perasaan berdosa danrendah diri.
3.      Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme-mekanisme pertahanan ego membantu individu mengatasi kecemasan dan mencegah terlukanya ego. Mekanisme-mekanisme pertahanan yang digunakan oleh individu bergantung pada taraf perkembangan dan derajat kecemasan yang dialaminya. Mekanisme-mekanisme pertahanan sama-sama memiliki dua ciri menyangkal atau mendistorsi kenyataan, dan beroperasi pada taraf tak sadar. Beberapa bentuk mekanisme pertahanan ego adalah penyangkalan, proyeksi, fiksasi, regresi, rasionalisasi, sublimasi, displacement, represi, dan reaksi formasi.
Penyangkalan adalah petahanan melawan kecemasan dengan “menutup mata” terhadap keberadaan kenyataan yang mengancam.
Proyeksi menyelamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain.
Fiksasi menjadi “terpaku” pada tahap-tahap perkembangan yang lebih awal karena mengambil langkah ke tahap selanjutnya bisa menimbulkan kecemasan.
Regresi melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang tuntutan-tuntutannya tidak terlalu besar.
Rasionalisasi menciptakan alasan-alasan yang “baik” guna menghindarkan ego dari cedera memalsuka diri sehingga kenyataan yang mengecewakan menjadi tidak begitu menyakitkan.
Sublimasi menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau secara sosial lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya.
Displacement mengarahkan energi kepada objek atau orang lain apabila objek asal atau orang yang sesungguhnya tidak bisa dijangkau.
Represi melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bisa membangkitkan kecemasan, mendorong kenyataan yang tidak bisa diterima kepada ketaksadaran, atau menjadi tidak menyadari hal-hal yang menyakitkan.
Reaksi formasi melakukan tindakan yang berlawanan dengan hasrat-hasrat tak sadar jika perasaan-perasaan yang lebih dalam menimbulkan ancaman, maka seseorang menampilkan perilaku yang berlawanan guna menyangkal perasaan-perasaan yang bisa menimbulkan ancaman itu.
4.      Perkembangan psikoseksual
a.       Fase oral
b.      Fase anal
c.       Fase falik
d.      Fase laten
e.       Fase genital
Unsur-unsur terapi
1.      Munculnya masalah atau gangguan

2.      Tujuan terapi dan peran terapis
Tujuan terapi psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tidak disadari di dalam diri klien.
Peran terapis
Karakteristik psikoanalisis adalah terapis atau analis membiarkan dirinya anonim serta hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada analis. Proyeksi-proyeksi klien yang menjadi bahan terapi, ditafsirkan dan dianalisis. Analisis terlebih dahulu harus membangun hubungan kerja dengan klien, kemudian perlu banyak mendengar dan menafsirkan. Sementara yang dilakukan oleh analis adalah mendengarkan dan berusaha untuk mengetahui kapan dia harus membuat penafsiran-penafsiran yang layak untuk mempercepat proses penyingkapan hal-hal yang tidak disadari
3.      Penjelasan teknik-teknik terapi
a.       Association
Association adalah suatu metode pemanggil kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik di masa lampau, yang dikenal dengan sebutan katarsis. Selama proses assosiasi bebas berlangsung, tugas analis adalah mengenali bahan yang direpsres dan dikurung didalam ketaksadaran.
b.      Analisis transference
Teknik yang utama dalam psikoanalisis, sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi.

c.       Analisis resisten
Sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tak disadari.
d.      Analisis mimpi
Sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tak disadari dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan
Daftar pustaka

Corey. G. (1999). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung : penerbit PT Refika aditama 

terapi pendekatan client centered

Terapi pendekatan client-centered
            Carl R. Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Pada hakikatnya, pendekatan client-centered adalah cabang khusus dari terapi humanistik yang menggaris bawahi tindakan mengalami klien berikut dunia subjektif dan fenomenanya. Terapis berfungsi terutama sebagai penunjang pertumbuhan pribadi kliennya dengan jalan membantu kliennya itu dalam menemukan kesanggupan-kesanggupan untuk memecahkan masalah-masalah. Pendekatan client centered menaruh kepercayaan yang besar terhadap kesanggupan klien untuk mengikuti jalan terapi dan menemukan arahnya sendiri.
            Rogers tidak mengemukakan teori client-centered sebagai suatu pendekatan terapi yang tetap dan tuntas. Ia mengharapkan orang lain akan memandang teorinya sebagai sekumpulan prinsip percobaan yang ebrkaitan dengan perkembangan proses terapi, dan bukan sebagai suatu dogma.
            Pendekatan client-centered difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh, pendekatan client-centered menekankan dunia fenomenal klien, dengan empat yang cermat dan dengan usaha untuk memahami klien.
Rogers mengajukan hipotesis bahwa ada sikap-sikap tertentu pada pihak terapis (ketulusan, kehangatan, dan penerimaan yang nonposesif, dan empati yang akurat) yang membentuk kondisi-kondisi yang diperlukan dan memadai bagi keefektifan terapeutik pada klien.

Terapis client-centered membangun hubungan yang membantu dimana klien akan mengalami kebebasan yang diperlukan untuk mengeksplorasi area-area hidupnya yang sekarang diingkari atau didistorsinya.
 Daftar pustaka
Corey. G. (1999). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung : penerbit PT Refika aditama 

terapi eksistensial-humanistik

Terapi eksistensial-humanistik
            Psikologi telah lama didominasi oleh pendekatan empiris terhadap studi tentang tingkah laku individu. Banyak ahli psikologi Amerika yang menunjukan kepercayaan pada definisi-definisi operasional dan hipotesis-hipotesis yang bisa diuji serta memandang usaha memperoleh data empiris sebagai satu-satunya pendekatan yang sahih guna memperoleh informasi tentang tingkah laku manusia.
            Pendekatan terapi eksistensial juga bukan suatu pendekatan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.
            Tugas utama terapi adalah berusaha memahami klien sebagai ada dalam dunia. Teknik yang digunakan mengikuti alih-alih mendahului pemahaman. Karena menekankan pada pengalaman klien sekarang, para terapis eksistensial menunjukan keleluasaan dalam menggunakan metode-metode dan prosedur yang digunakan oleh mereka bisa bervariasi tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yang lainnya, tetapi juga dari satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama.

            Tidak seperti kebanyakan pendekatan terapi, pendekatan eksistensial-humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur terapeutik bisa dipungut dari beberapa pendekatan terapi lainnya. 
Daftar pustaka
Corey. G. (1999). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung : penerbit PT Refika aditama 

terapi psikoanalisis

Terapi psikoanalisis
            Salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi adalah teori psikoanalitik Sigmund freud. Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi.
            Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem id, ego, superego. Ketiganya adalah nama bagi proses-proses psikologis dan jangan dipikirkan sebagai agen-agen yang secara terpisah mengoperasikan kepribadian, merupakan fungsi-fungsi kepribadian sebagai keseluruhan ketimbang sebagai tiga bagian yang terasintg satu sama lain. Id adalah komponen biologis, ego adalah komponen psikologis dan superego adalah komponen sosial.
            Mekanisme-mekanisme pertahanan ego membantu individu mengatasi kecemasan dan mencegah terlukanya ego. Mekanisme-mekanisme pertahanan yang digunakan oleh individu bergantung pada taraf perkembangan dan derajat kecemasan yang dialaminya. Mekanisme-mekanisme pertahanan sama-sama memiliki dua ciri menyangkal atau mendistorsi kenyataan, dan beroperasi pada taraf tak sadar. Beberapa bentuk mekanisme pertahanan ego adalah penyangkalan, proyeksi, fiksasi, regresi, rasionalisasi, sublimasi, displacement, represi, dan reaksi formasi.
            Karakteristik psikoanalisis adalah terapis atau analis membiarkan dirinya anonim serta hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada analis. Proyeksi-proyeksi klien yang menjadi bahan terapi, ditafsirkan dan dianalisis. Analisis terlebih dahulu harus membangun hubungan kerja dengan klien, kemudian perlu banyak mendengar dan menafsirkan. Sementara yang dilakukan oleh analis adalah mendengarkan dan berusaha untuk mengetahui kapan dia harus membuat penafsiran-penafsiran yang layak untuk mempercepat proses penyingkapan hal-hal yang tidak disadari.

            Fungsi utama analisis adalah mengajarkan arti proses-proses ini kepada klien sehingga klien mampu memperoleh pemahaman terhadap masalah-masalahnya sendiri, mengalami peningkatan kesadaran atas cara-cara untuk berubah, dan dengan demikian memperoleh kendali yang lebih rasional atas kehidupannya sendiri.
 Daftar pustaka
Corey. G. (1999). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung : penerbit PT Refika aditama